Mencela,
melaknat dan mengkafirkan para sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah ibadah yang sangat mulia di sisi kaum yang beragama
Syi'ah. Kalau dahulu mereka bertaqiyah (baca berdusta) menyembunyikan
aqidah busuk mereka terhadap para sahabat, akan tetapi kebusukan mereka
itu terungkap juga, bahkan mulai banyak dari tokoh-tokoh mereka yang
terang-terangan mencaci maki dan melaknat para sahabat, (silahkan baca
kembali
http://www.firanda.com/index.php/artikel/30-sekte-sesat/65-bau-busuk-syiah-akhirnya-tercium-juga,
lihat juga tulisan al-akh al-kariim al-Ustadz Abul Jauzaa' di
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/01/syiah-itu-sesat-juragan-sebuah-masukan.html)
'Aaamir
bin Syarahbil As-Sya'bi rahimahullah (salah seorang imam dari para
tabi'in yang bertemu dengan sekitar 500 sahabat, dan beliau wafat tahun
103 H) berkata:
وَفَضُلَتِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى عَلَى الرَّافِضَةِ
بِخَصْلَتَيْنِ : سُئِلَتِ الْيَهُوْدُ مَنْ خَيْرُ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟
قَالُوا : أَصْحَابُ مَوْسَى، وَسُئِلَتِ الرَّافِضَةُ : مَنْ شَرُّ أَهْلِ
مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا : أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ، وَسُئِلَتِ النَّصَارَى :
مَنْ خَيْرُ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا : حَوَارِيُّ عِيسَى،
وَسُئِلَتِ الرَّافِضَةُ : مَنْ شَرُّ أَهْلِ مِلَّتِكُمْ ؟ قَالُوْا :
حَوَارِيُّ مُحَمَّدٍ، أُمِرُوا بِالاِسْتِغْفَارِ لَهُمْ فَسَبُّوْهُمْ
"Kaum Yahudi dan Nashoro lebih mulia dari pada kaum syi'ah dari dua sisi. (*Pertama :)
Kaum yahudi ditanya, "Siapakah umat kalian yang terbaik?", mereka
menjawab, "Para sahabat Musa". Dan kaum Rofidhoh ditanya, "Siapakah kaum
terburuk dari umat kalian?", mereka menjawab, "Para sahabat Muhammad".
Dan kaum Nashooro ditanya, "Siapakah umat kalian yang terbaik?", mereka
menjawab, "Para pengikut setia 'Isa", dan kaum Rofidhoh ditanya,
"Siapakah dari umat kalian yang terburuk?", mereka menjawab, "Para
pengikut (sahabat) setia Muhammad".(*Kedua :)
Mereka (kaum Rofidhoh) diperintahkan untuk memohonkan ampun bagi para
sahabat malah mereka mencela para sahabat" (*berbeda dengan kaum yahudi
dan nashoro yang malah memuji dan mendoakan para sahabat Musa dan
sahabat Isa-pent) (Syarh Ushuul I'tiqood Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah,
karya Al-Laalikaai hal 1462-1463, dinukil juga oleh Al-Qurthubi dalam
tafsirnya pada tafsir surat Al-Hasyr ayat 10)
Asy-Sya'bi mengisyaratkan firman Allah
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (١٠)
"Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka
berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang
telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb
Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" (QS Al-Hasyr : 10).
Sesungguhnya
konsekuensi dari mencela dan melaknat para sahabat serta meyakini bahwa
mayoritas mereka telah kafir sangatlah berbahaya, diantaranya:
PERTAMA :
Melazimkan timbulnya keraguan terhadap Al-Qur'an dan Hadits-Hadits Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, karena para sahabatlah yang telah
meriwayatkan kepada kita Al-Qur'an dan Hadits Nabi. Jika ternyata para
perawinya adalah orang-orang fasik, terlaknat, bahkan murtad maka
tentunya sangat diragukan kebenaran apa yang mereka riwayatkan, yaitu
Al-Qur'an dan As-Sunnah. Karenanya mereka berkeyakinan bahwa telah
terjadi penyimpangan dalam Al-Qur'an, diselewengkan oleh para sahabat
!!!
KEDUA : Keyakinan ini melazimkan bahwa
umat ini adalah umat yang terburuk yang Allah keluarkan bagi manusia.
Karena nenek moyang mereka (yaitu para sahabat) adalah orang-orang
murtad, sehingga kita sekarang telah mengambil agama kita dari ajaran
kaum murtad. Padahal Allah telah berfirman tentang para sahabat :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
"Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia" (Qs Ali Imron : 110)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah menekankan hal ini dalam sabdanya;
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat)" (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)
KETIGA :
Konsekuensi dari keyakinan busuk ini adalah mencela Allah. Karena
keyakinan kafirnya mayoritas para sahabat mengandung tiga kemungkinan.
Pertama
: Allah adalah Jahil, sehingga memuji para sahabat dengan pujian yang
luar biasa dalam Al-Qur'an yang akan dibaca oleh kaum muslimin hingga
hari kiamat kelak, padahal mereka para sahabat akan murtad. Namun Allah
tidak mengetahui akan kemurtadan mereka sehingga memuji para sahabat.
Kedua
: Allah telah mengetahui bahwasanya para sahabat akan murtad, akan
tetapi Allah tetap saja memuji mereka. Ini menunjukan Allah telah
melakukan perkara yang sia-sia tanpa faedah. Apa faedah Allah memuji
suatu kaum yang akan murtad??
Ketiga : Jika Allah telah
mengetahui para sahabat akan murtad lantas tetap memuji mereka bukankah
ini berarti Allah menghendaki hamba-hambanya sesat sebagaimana para
sahabat??!!
KEEMPAT : Keyakinan busuk ini
juga mencela hikmah Allah yang telah memilih kaum yang akan murtad
menjadi para sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan Nabi
menikah dengan Aisyah putri Abu Bakar dan juga Hafsoh putri Umar bin
Al-Khotthoob. Serta Nabi menikahkan kedua putrinya (Ruqoyyah dan Ummu
Kaltsuum) dengan Utsmaan bin 'Affaan. Bagaimana bisa kok Allah
menjadikan para sahabat, para penolong Nabi dan juga sebagai keluarga
Nabi dari kaum yang akan murtad??!!
KELIMA :
Keyakinan busuk ini melazimkan pencelaan terhadap syari'at Islam.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah berjuang
dengan keras selama 23 tahun untuk mendidik para sahabat agar menjadi
masyarakat tauladan. Akan tetapi kaum syi'ah rofidhoh menyatakan bahwa
perjuangan Nabi untuk mentarbiah para sahabatnya selama kurang lebih 23
tahun adalah perjuangan yang sia-sia. Tidak ada yang berhasil Nabi didik
kecuali sekitar 4 orang atau kurang dari 10 orang. Adapun ratusan para
sahabat yang lain semuanya langsung murtad begitu wafatnya Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hal ini melazimkan perkara yang
sangat fatal, yaitu timbulnya keputusasaan untuk membina umat manusia
dengan syari'at Islam. Jika syari'at yang dibawa bahkan dipraktekan oleh
manusia terbaik (yaitu Nabi) dengan bentuk praktek tarbiyah/mendidik
yang terbaik dengan waktu yang puluhan tahun itupun tidak bisa mendidik
dan menciptakan suatu generasi yang sholeh…bahkan menimbulkan generasi
yang murtad…??!! ini menunjukkan bahwa manhaj/syari'at Islam tidak mampu
untuk mentarbiyah/mendidik umat manusia.
KEENAM :
Hal ini juga menimbulnya keraguan akan kenabian Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, karena jika sang pembawa Risalah dengan bimbingan
Allah dalam waktu yang lama tidak mampu mendidik suatu kaum maka
sangatlah diragukan kenabiannya.
Kalau memang Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam benar dalam pengakuannya sebagai Nabi tentunya
dakwahnya akan memberikan pengaruh kepada masyarakat/kaum yang ia
dakwahi. Tentunya kaum yang dia dakwahi akan menerima dakwahnya dengan
sepenuh hati. Akan tetapi kenyataannya malah mereka menjadi murtad??,
masyarakat yang ia dakwahi tidak bisa mengambil manfaat darinya. Lantas
bagaimana mungkin ia diutus sebagai rahmatan lil 'aalamiin (rahmat bagi
seluruh alam)??!! (silahkan rujuk risalah I'tiqood Ahlis Sunnah wal
Jamaa'ah fi As-Shohaabah karya DR Al-Wuhaibi, hal 42-45)
Imam Malik berkata
إنما
هؤلاءِ أقوامٌ أرادوا القدحَ في النبيِّ صلى الله عليه وسلم فلَمْ يُمكنهم
ذلك , فقدَحُوا في أصحابه حتى يُقال : رجلُ سوءٍ ، ولو كانَ رجلاً صالحاً
لكانَ أصحابهُ صالحين
"Sesungguhnya mereka adalah kaum yang ingin
mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, akan tetapi hal itu tidak
memungkinkan mereka, maka merekapun mencela para sahabat Nabi, agar
dikatakan : Muhammad adalah seorang lelaki yang buruk, kalau seandainya
ia adalah seorang lelaki yang sholeh tentunya para sahabatnya juga kaum
yang sholeh" (Risaalah fi sabb As-Shohaabah hal 47)
KETUJUH :
Tatkala kaum agama Syi'ah Roofidoh mengkafirkan Ummul Mukminin Aisyah,
bahkan menyatakannya sebagai wanita pezina maka hal ini sesungguhnya
merupakan celaan keras bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai
sang suami. Allah telah berfirman
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ
وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ
وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ
لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (٢٦)
"Wanita-wanita yang
keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah
buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah
untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari
apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan
dan rezki yang mulia (surga)" (QS An-Nuur : 26)
Allah
menyatakan dalam ayat ini bahwa wanita-wanita keji (pezina) hanyalah
buat para lelaki pezina pula. Menuduh Aisyah sebagai wanita kafir bahkan
pezina sangatlah menyakitkan hati Rasulullah sebagai seorang suami.
Bahkan terkadang lebih menyakitkan bagi seorang suami jika istrinya
dikatakan pezina daripada dirinya sendiri yang dituduh berzina, karena
hal ini melazimkan bahwasanya seorang suami telah rela dan betah tinggal
bahkan seranjang dengan seorang pezina !!!.
Karenanya tatkala
terjadi peristiwa al-ifk (yaitu dituduhnya Aisyah berzina dengan Shofwan
bin Mu'atthol As-Sulami) maka Nabipun sangat tersakiti, sampai-sampai
beliaupun mengeluhkan hal tersebut kepada para sahabat. Beliau berkata:
مَنْ يَعْذُرُنِي مِنْ رَجُلٍ قَدْ بَلَغَنِي أَذَاهُ فِي أَهْل بَيْتِي؟
"Siapakah yang menolongku untuk membalas yang telah menyakiti ahli baiti (istriku)?" (HR Al-Bukhari no 4750 dan Muslim no 2770, lihat syarah hadits ini di Fathul Baari 8/470)
Maka berkatalah Sa'ad bin Mu'aadz radhiallahu 'anhu pun berdiri dan berkata:
يَا
رَسُوْلَ اللهِ : أَنَا وَاللهِ أَعْذُرُكَ مِنْهُ إِنْ كَانَ مِنَ
الأَوْسِ ضَرَبْنَا عُنُقَهُ وَإِنْ كَانَ مِنْ إِخْوَانِنَا مِنَ
الْخَزْرَجِ أَمَرْتَنَا فَفَعَلْنَا فِيْهِ أَمْرَكَ
"Wahai
Rasulullah, demi Allah saya yang akan menolongmu terhadap orang
tersebut, jika dia dari suku Al-Aus maka kami akan memenggal lehernya,
dan jika ia berasal dari saudara-saudara kami suku Al-Kozroj maka
silahkan perintahkan kepada kami apa yang harus kami lakukan padanya
maka kami akan menjalankan perintahmu"
Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengingkari perkataan S'ad bin Mu'adz yang sangat menggebu-gebu ini.
KEDELAPAN :
Mengkafirkan para sahabat mulia seperti Abu Bakar dan Umar sesungguhnya
merupakan celaan kepada Ali Bin Abi Thoolih radhiallahu 'anhu. Hal ini
nampak dari beberapa sisi :
Pertama :
Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu menamakan beberapa putranya dengan
nama-nama sahabat, yang menunjukkan kecintaan Ali kepada mereka.
Nama
merupakan perkara yang penting, karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam memerintahkan sebagian sahabat untuk merubah nama-nama mereka
yang mengandung makna yang buruk. Terlebih lagi nama seorang anak
sangatlah bermakna bagi orang tuanya. Orang tua akan berusaha memilihkan
nama yang baik bagi anaknya. Bahkan dari nama seorang anak kita akan
tahu pola berfikir atau aliran yang dianut oleh sang ayah, karena kerap
kali sang ayah memberi nama anaknya dengan nama tokoh yang ia kagumi.
Jika sang ayah sedang gandrung pada seorang artis maka iapun menamakan
anaknya dengan nama artis tersebut, jika sang ayah sedang gandrung dan
kagum dengan salah seorang tokoh agama maka iapun menamakan sang anak
dengan nama tokoh tersebut. Tidak ada sejarahnya seorang ayah menamakan
anaknya dengan nama tokoh yang ia benci dan ia laknati. Karenanya tidak
seorangpun dari Yahudi dan Nasrani yang menamakan anaknya dengan nama
Muhammad, karena kebencian mereka kepada Muhammad. Dan tidak ada
seorangpun dari kaum muslimin yang menamakan anaknya dengan nama Abu
Jahl, atau Abu Lahab, atau Fir'aun…karena kebencian kaum muslimin kepada
mereka.
Ternyata….Ali bin Abi Thoolib radhiallahu 'anhu memiliki
anak-anak yang bernama Abu Bakar bin Ali, Umar bin Ali, dan Utsman bin
Ali, hal ini tentunya karena begitu cintanya beliau kepada Abu Bakar,
Umar dan Utsman maka. Ketiga putra beliau tersebut termasuk orang-orang
yang meninggal tatkala peristiwa karbala bersama saudara mereka yang
terbunuh Al-Husain bin Ali radhiallahu 'anhumaa.
Demikian pula
ternyata Al-Hasan bin Ali telah menamakan sebagian anak-anaknya dengan
nama Abu Bakr, Umar, dan Tolhah. Yang ketiga putranya tersebut juga
terbunuh dalam peristiwa karbala.
Demikian pula halnya dengan Al-Husain beliau memiliki seorang putra yang bernama Umar.
Demikian
pula halnya dengan Ali bin Al-Husain bin Ali telah menamakan putrinya
dengan nama Aisyah, serta menamakan salah seorang putranya dengan nama
Umar !!!
Kedua :
Ali menikahkan putrinya Ummu Kaltsum dengan Umar bin Al-Khottoob, maka
apakah Ali menikahkan putrinya dengan seorang toghuut…sungguh ini
merupakan perbuatan seorang ayah yang tidak tahu diri bahkan
menjerumuskan putrinya pada kesesatan bahkan kekafiran !!!.
Jika
kita memiliki seorang putri maka apakah kita akan rela menikahkannya
untuk hidup bersama bahkan seranjang dengan seorang fasiq dan mujrim??,
apalagi dengan seorang kafir yang mujrim??!!. Lantas jika Umar bin
Al-Khottoob adalah seorang kafir murtad yang mujrim maka kenapa begitu
teganya Ali menikahkan putrinya dengan Umar??!!. Bukankah Ali mengetahui
bahwa tidak boleh seorang wanita muslimah menikah dengan seorang lelaki
dari Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani)??, apalagi dengan seorang lelaki
yang murtad ??!!! Ataukah Ali menikahkan putrinya karena takut kepada
Umar?? Ini merupakan celaan terhadap keberanian Ali yang sangat
masyhuur. (Lihat pembahasan tentang dua poin di atas yang telah diakui
oleh para ulama syi'ah sendiri dalam risalah Ruhamaa'u Bainahum karya
Sholeh bin Abdillah Ad-Darwiisy)
Ketiga :
Ali sangatlah terkenal pemberani…, lantas bagaimana bisa beliau selama
berpuluh-puluh tahun (sejak masa pemerintahan Abu Bakar hingga berakhir
pemerintahan Utsman bin 'Affaan) hanyalah berdiam diri, tidak
menjelaskan kepada umat bahwasanya beliaulah yang berhak yang menjadi
khalifah setelah wafatnya Nabi !!!, kenapa beliau pula tidak berani
berucap satu patah katapun untuk menjelaskan kepada umat bahwasanya Abu
Bakar, Umar, dan Utsman adalah orang-orang kafir !!!, kenapa beliau
berdiam diri membiarkan kaum muslimin dipimpin oleh orang-orang
kafir??!!, sungguh ini benar-benar menunjukkan sikap pengecut yang luar
biasa pada diri Ali !!!.
Keempat :
Bahkan Ali akhirnya membaiat Abu Bakar radhiallahu 'anhu. Jika memang
Abu Bakar kafir maka tentunya sikap Ali adalah pengkhianatan dan
penipuan terhadap umat karena ia telah membaiat seorang kafir !!!
KESEMBILAN :
Jika Mu'aawiyah adalah kafir (bahkan termasuk manusia yang paling kafir
menurut syi'ah) maka sikap Al-Hasan yang menyerahkan tampuk
kepemimpinan kepada Mu'aawiyah yang kafir merupakan bentuk pengkhianatan
terbesar dalam sejarah terhadap Islam dan kaum muslimin. Maka ini jelas
pencelaan yang besar kepada Al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhumaa.
KESEPULUH :
Karena kebencian Syiah dan pengkafiran mereka kepada Utsaman bin Afaan
maka sebagian ulama besar syi'ah mengingkari bahwa kedua istri Utsman
(Ruqooyah dan Ummu Kultsuum) adalah putri-putri Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam. Mereka mengatakan bahwa Ummu Kaltsuum dan Ruqoyyah adalah
putri-putri Khodijah dari suami sebelum menikah dengan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam. Bahkan sebagian ulama syi'ah meragukan adanya dua
putri Nabi yang bernama Ruqoyyah dan ummu Kaltsuum. Semua ini akibat
kebencian dan pengkafiran mereka terhadap Utsman bin 'Affaan sehingga
akhirnya mereka mencela Ahlul Bait putri-putri Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam. (Untuk melihat nukilan-nukilan perkataan para ulama syi'ah
silahkan melihat kitab Al-Aqidah fi Ahlil Bait, karya DR Sulaiman
As-Suhaimi, 2/527-530)
PENUTUP :
Wahai kaum syi'ah…renungkanlah…apakah para sahabat seperti Abu Bakar dan Umar yang :
-
Telah rela hidup susah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dengan penuh intimidasi dari kaum kufar Quraisy tatkala mereka di Mekah…
- Telah rela mengorbankan seluruh hartanya…
- Telah rela meninggalkan kampung halamannya…
- Abu Bakar telah rela menemani perjalanan hijroh Nabi yang terancam dengan kematian…
- Telah rela ikut berperang dalam banyak peperangan demi untuk membela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam…
Namun
begitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah meninggal dan mereka
telah hidup di masa kejayaan Islam lantas kemudian mereka murtad???.
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 15-02-1433 H / 09 Januari 2012 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
www.firanda.com